7 Hal “Buruk” dalam
Hindu yang “Tak terbantahkan” bag:1
Masalah kebenaran suatu agama
menjadi fenomena yang tak berkesudahan. Fenomena ini menjadi perdebatan panjang
diberbagai media baik cetak maupun elektronik. Taukah anda apa sebenarnya yang
menjadi masalah dalam perdebatan agama tersebut ? apakah ajarannya ? jawabannya
Tidak. Menurut hemat saya yang menjadi masalah dalam perdebatan agama itu adalah “kesadaran”. Manusia yang tak sadar
pandangannya menjadi samar jadi hanya melihat sesuatu dari satu sisi saja,
otaknya tak setabil hingga tak bisa berfikir lebih mendalam tentang benar dan
salah, dan juga tak memiliki jiwa yang besar menerima segala sesuatu sebagai
berkah dan karunia. Pemikiran suatu umat beragama yang menyatakan agama mereka
benar dan agama yang lain salah membuktikan umat tersebut tidak dalam keadaan
“sadar”. Contoh nyata yang sering kita lihat, saat suatu umat meyakini bahwa
“Tuhan Maha Besar” tapi umat tersebut tidak pernah mengakui suatu keragaman,
padahal jika kita telaah lebih bijak, Keragaman adalah wujud dari kebesaran
tuhan. Berarti mereka tidak sadar apa yang mereka yakini “Tuhan Maha Besar”.
Seperti halnya matahari, yang memiliki berbagai macam sinar namun sumber sinar
itu hanya satu yakni matahari.
Umat Hindu adalah
salah satu yang menjadi korban dari
ketidaksadaran itu, ketidaksadaran itu melahirkan pernyataan –
pernyataan yang berusaha menyudutkan umat kita kususnya umat yang belum paham
betul ajaran agama Hindu. Dalam tulisan 7 hal “buruk” dalam Hindu yang “tak
terbantahkan” ini penulis mencoba membahas tujuh hal yang sering di gunakan
umat lain untuk menjatuhkan hindu. Maaf jika judul tulisan ini agaknya menyinggung perasaan tapi penulis sudah menempatkan tanda kutip pada kata – kata yang bermakna terselubung.
Pada kata “BURUK” maksud tanda kutip itu yaitu sesuatu yang hanya dilihat dari
satu sisi saja, buruk dalam hal ini bukan buruk dalam kenyataan sebenarnya
namun hal yang tidak dimengerti tapi dianggap buruk oleh orang – orang yang
tidak sadar. Tanda kutip pada kata “tak terbantahkan” maksudnya bukan kita
sebagai umat Hindu tidak bisa membantah pernyataan – pernyataan yang mencoba
menyudutkan kita itu namun sebaliknya orang – orang yang tak sadar itu begitu
keras kepala dan tak mau menerima penjelasan umat – umat kita hingga ia tetap
bersikukuh bahwa hindu tak bisa membantah pernyataan itu. jadi, mari kita bahas
satu persatu:
Ini
adalah pernyataan paling populer sepanjang zaman. Pernyataan ini hanya mereka
dasari dari hasil pencitraan indra penglihatan, lalu karena tidak sadar mereka
tidak mencoba mencari tau apa yang sesungguhnya terjadi dan dengan keangkuhan
mereka, mereka menyatakan hindu menyembah patung. Andai saja saat melihat umat
Hindu sedang memuja patung tersebut mereka sadar pasti pernyataan “umat Hindu
menyembah patung” berubah menjadi “Hindu sembahyang didepan patung.” Lalu akan
timbul pertanyaan mengapa demikian..?
Jawaban
yang dikemukakan umat Hindu sangat sederhana namun jelas. Patung hanyalah
simbol ketuhanan bukan tuhan yang sebenarnya. Agama hindu sangat kaya akan
simbol – simbol ketuhanan, baik berupa tulisan indah maupun berbagai bentuk
benda yang memiliki filosofi sebagai personifikasi tuhan. simbol itu digunakan
untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Dalam persembahyangan Umat Hindu terdapat
banyak sekali simbol Ketuhanan salah satunya adalah bangunan berupa canang
sari,Padmasana (dibali) atau patung dewa
– dewi di kuil – kuil India, bangunan ini diperuntukan agar saat melakukan
persembahyangan pikiran umat tetap tertuju pada Tuhan, umat hindu sadar akan
keterbatasan dan kelemahanya sebagai manusia yaitu tidak bisa mengendalikan
pikiran, pikiran di percaya memiliki kecepataan yang melebihi angin dan lebih
banyak dari pasir di pantai. Karena menurut ajaran agama Hindu saat melakukan
persembahyangan apa yang kau pikirkan itulah yang kau sembah maka simbol ini
diperlukan untuk mengingatkan dan melaraskan pikiran umat agar tetap tertuju
pada tuhan. Lalu apakah jawaban ini sudah dapat membantah pernyataan umat agama
lain itu, jawabannya “Tidak”, jawaban tidak itu bukan karena konsep yang saya
paparkan terlalu sederhana, melainkan Umat itu kurang Sadar yang membuat akal
dan pikiran mereka begitu dangkal dank keras kepala.
2. Hindu
Menyembah Banyak Tuhan
Saya pernah membaca
forum debat di internet bagaimana salah satu Umat agama begitu bangga dengan
konsep agamanya yaitu Tuhan Maha Esa dan menyatakan agama lain kususnya agama
Hindu menyembah banyak Tuhan, tapi mereka tak menyebutkan siapa saja Tuhan
agama Hindu. Kalau saja mereka menyerbut Bhrama, Wisnu, dan Siwa itu adalah
Tuhan maka orang Hindu boleh bilang “Eit.. tunggu dulu Brahma,Wisnu dan Siwa
bukan lah Tuhan melainkan Dewa”. Dewa merupakan salah satu cerminan dari Konsep
Tuhan maha Besar yaitu Sinar suci Tuhan . Keterbatasan manusia sangat sulit
menggambarkan Tuhan yang maha besar itu, contoh sederhana saat kita melihat
gedung yang sangat besar dengan jarak 2 cm, maka kita tak akan bisa melihat
keseluruhan gedung melainkan hanya bisa melihat apa yang ada di depan mata kita
saja. Umat Hindu sadar akan keterbatasan itu, oleh karena itu umat Hindu
menggambarkan Tuhan sesuai dengan apa yang dapat mereka rasakan agar lebih
dekat Tuhan. Contohnya seorang pelajar yang kesibukannya mengejar ilmu
pengetahuan dalam kesehariannya, jadi
hal yang dekat dengan pelajar adalah ilmu pengetahuan maka para pelajar pun memuja Tuhan sebagai seumber Ilmu
pengetahuan yaitu Manifestasi beliau sebagai Dewi Saraswati. Seorang nelayan
yang sangat dekat dengan laut dan merasa bahwa laut adalah sumber penghidupan
mereka maka mereka memuja Tuhan sebagai penguasa lautan yaitu manifestasi
beliau sebagai Dewa Baruna.
Konsep Ketuahanan dalam Hindu diyakini
merupakan konsep yang lengkap dan masuk akal. Menurut buku Saya Bangga Beragama
Hindu yang ditulis oleh A.A Prima Surya Wijaya, ajaran agama Hindu mencangkup
segala macam konsep ketuhanan. yang meliputi
a. Hindu dengan
Konsep Animisme
Animisme adalah suatu paham bahwa
alam ini atau semua benda memiliki jiwa atau roh. Animisme merupakan keyakinan
akan adanya roh dalam benda – benda seperti gunung dan bumi dimana pada
dasarnya semuanya yang diciptakan dikendalikan oleh Tuhan tersebut sehingga
memiliki pengaruh terhadap benda ciptaan yang lain termasuk manusia. Ini
dijelaskan dalam sloka sebagai berikut:
Isavasyam idam sarwam
Yat
kim ca jagatyam jagat
Tena
tyaktena bhunjitha
Ma
grdhah kasyasvid dhanam
(Isa
Upanisad :1)
Artinya :
Sesungguhnya apa yang ada didunia ini, yang bergerak dan
yang tidak bergerak dikendalikan oleh Yang Maha Esa, oleh karena itu orang
hendaknya menerima apa yang perlu dan diperuntukkan baginya dan tidak
menginginkan miliki orang lain.
Namun dalam kenyataan
yang sering kita lihat, bahwa pandangan animisme dianggap akonsep yang sesat
dan salah dalam berketuhanan, pandangan ini dikarenakan kurang pahamnya mereka
tentang konsep animisme itu sendiri, dalam filsafat Hindu mengajarkan bahwa
setiap ciptaan termasuk benda – benda material dikendalikan oleh Tuhan, dimana
konsep animisme disebut memiliki jiwa, jiwa yang dimaksud bukan berarti benda
itu hidup dan bernafas melainkan benda itu mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi yang lain.
b.Hindu dengan Konsep
Pantheisme
Pantheisme merupakan keyakianan
bahwa dimana – mana serba Tuhan atau setiap aspek alam digambarkan dikuasai
Tuhan(Prima Surya Wijaya,2010). Atau dapat dikatakan pula Pantheisme merupakan
kepercayaan yang mengajarkan bahwa segala sesutau adalah Tuhan. Hindu mengajarkan
bahwa segala sesuatu merupakan berhasal dari Tuhan. Setiap mahluk hidup
memiliki jiwa yaitu Atma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Hal ini
telah disebutkan dalam Begawad Gita yang slokanya sebagai berikut,
mayā
tatam idaṁ sarvam
jagad
advyakta-mūrtinā
mat-sthāni
sarva-bhūtani
na
cāhaṁ teṣv avasthitaḥ
(Bagawad
Gita, IX:4)
artinya :
alam semesta ini diliputi oleh aku
dengan wujudku yang tak nyata, semua mahluk
ada pada-Ku tapi Aku tak ada pada mereka
seloka ini telah
jelas menyebutkan bahwa konsep Pantheisme terdapat dalam konep ketuhanan Hindu
dimana Veda mengajarkan bahwa segala sesutau bersumber dan merupakan bagian
Tuhan.
c. Hindu dan Konsep
Henotheisme
Henotheisme merupakan keyakinan
terhadap adanya dewa tertinggi yang pada suatu masa akan digantikan oleh dewa
yang lain sebagai dewa tertinggi (Prima Surya Wijaya,2010). Hal ini dapat
diemukan dalam Reg Weda misalnya Dewa Agni diganti oleh Dewa Brahma, Dewa Indra
digantikan oleh dewa Wisnu dan Dewa Surya digantikan oleh Dewa Siwa. Hindu
mempercayai adanya dewa tertinggi karena disasarkan pada fungsi dari dewa
tersebut merupakan bagian penting dari penciptaan, dimana personalitas dari
dewa tersebut mendekati sifat Tuhan (Brahman) walaupun belum benar – benar
disamakan.
c. Hindu dan konsep
Monotheisme
Doler (dalam Prima Surya
Wijaya,2010:133) menguraikan bahwa monotheisme adalh suatu keyakinan yang
mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan, yaitu Tuhan yang menciptakan
segenap semesta. Monotheisme ada dua macam yaitu monotheisme transendet dan
monotheisme immanent. Ajaran agama Hindu mengenal kedua konsep monotheisme
tesebut. Monotheisme transendet adalah keyakinan memandang bahwa Tuhan Yang
Maha Esa berada jauh diluar ciptaannya. Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang
tak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Bagawad Gita menyebutkan
Ye
tu aksaram anirdeśyaṁ
Avyaktam
prupāsate,
Sarvatra-gam
acintyaṁ ca
Kūta-stham
acalaṁ dhuruvam
(Bagawad
Gita XII:3)
Artinya :
Diantara mereka ada memuja Tuhan yang kekal abadi, Tuhan
yang terumuskan, Tuhan yang tak nyata, (Ia) yang meliputi segala jalan, dan Ia
juga tak terpikirkan, yang tak berubah, yang tak bergerak, yang langgeng
Monotheisme
Immanent yaitu keyakinan yang memandang Tuhan sebagai pencipta alam semesta
dengan segala isinya, tetapi Tuhan ada dalam ciptaannya
Mayā tataṁ idaṁ
Sarvaṁ jagad avyakta-mūrtinā
(bagawad
Gita IX:4)
Artinya :
Alam semesta diliputi oleh Tuhan
Sebenarnya ada
beberapa konsep ketuhanan lagi yang terdapat diHindu namun tidak saya tuliskan
disni karena jujur penulis belum memahami benar apa maksudnya, jika penulis
nekat menulis konsep itu yang penulis dapat dari bebrapa sumber ke artikel
ini, penulis takut orang yang “tak sadar” yang tak sengaja menemukan tulisan
ini semakin tak mengerti dan membuat ia semakin tak menerima konsep Hindu. Karena
itu penulis hanya menulis konsep – konseo yang telah penulis pahami.
3. Hindu
Bersahabat Dengan Setan
Agama Hindu kususnya
di Bali melakukan persembahyangan di pura. Didalam pura tersebut tidak hanya
terdapat Padmasana sebagai Simbol Linggih Tuhan melainkan pula terdapat patung
– patung yang berwajah seram bagaikan setan yang terdapat diluar pura , patung
ini terkadang diberikan suatu persembahan. Selain di Pura, uamt Hindu juga
kerap mempersembahkan sesaji di depan pohon – pohon besar dan batu – batu besar
yang dianggap angker keramat. Jika sudah bertemu kata “angker” maka pikiran
mereka (umat non Hindu) adalah tempat yang penuh setan. Lalu dengan
keterbatasan pengetahuan mereka dan tambah ketidak sadaraannya, mereka pun
membuat pernyataan “umat Hindu bersahabat dengan Setan”.Jika mendengar
pernyataan itu maka yang lebih dahulu di lakukan umat Hindu adalah beranya
kembali “yang dimaksud dengan setan itu ? karena dalam konsep hindu tak ada
setan. Jika setan yang dimaksud adalah mahluk yang sosoknya seperti
manusia,berwarna merah, memiliki ekor dan sepasang tanduk dikepalanya maka umat Hindu boleh bilang “kami tidak kenal dengan mahluk
semacam itu” yang kami kenal adalah Butha kala. Butha kala bukanlah setan
seperti yang digambarkan oleh umat lain. Butha merupakan kekuatan Tuhan dalam bentuk yang
kasar yang bersifat negative Dalam pengertian
filosofi bhuta kala itu berarti kekuatan yang negatif. Sedangkan di dalam
pengertian umum di masyarakat bhuta kala itu digambarkan berwujud menakutkan
mempunyai taring, matanya besar dan sebagainya serta mengerikan.
Disamping
kata bhuta kala, uamt hindu mengenal juga pancamahabhuta yang diartika lima
unsur benda yang terdiri dan :pertiwi (zat padat), apah (air/zat cair), teja
(sinar/panas), wayu (udara /angin), dan akasa (semacam hampa udara). Jadi kata
bhuta ini berarti zat atau unsur sedangkan kala kekuatan, Di dalam lontar
Purwabhumi Kemula dan Purwabhumi Tua disebutkan bahwa setelah Batara Siwa dan
Betari Uma menciptakan segala isi dunia, maka Batara Siwa berubah wujud menjadi
Bhatara Kala (maha kala). Bhatari Uma atau Bhatari Durga yang selalu dilukiskan
sebagai lambang pradana yaitu lambang benda-benda duniawi dan Bhatara Kala,
sebagai lambang dan energi atau kekuatan, maka kedua wujud beliau inilah yang
menciptakan segenap Bhuta Kala. Kalau kita artikan secara arti kata maka Bhuta Kala itu adalah kekuatan dari lima unsur
yaitu, tanah, air, angin, panas, akasa, atau segala benda yang sudah memiliki
energi.
Kekuatan-kekuatan Bhuta Kala ini kalau kita konkretkan dengan
kita lihat secara lahiriah sebagai gempa bumi, banjir, halilintar, angin topan,
dan sebagainya. Di dalam pikiran nenek moyang kita semua kekuatan alam ini yang
tidak atau belum sangup dikendalikan oleh manusia dibayangkan dan
dipersonifikasikan dalam wujud yang menakutkan sebagai Bhuta Kala yang
bertaring panjang. Bermata bulat dan menyala dan selalu mengganggu dan mau
membunuh seisi dunia ini. Untuk memurnikan dan mengharmoniskan kekuatan alam
tersebutitulah umat hindu mengadakan upacara yang disebut Butha yadnya yaitu
pengorbanan suci yang dipersembahkan kepada Butha. Jadi kesimpulannya persembahan
yang dilakukan oleh umat Hindu bukanlah untuk menyembah “setan” melainkan
persembahan yang disebut Butha yadnya atau caru ini sebenarnya adalah pengorbanan manusia
untuk menjaga keharmonisan alam semesta ini, karena alam kita inilah sebenarnya
bhuta dan kekuatan-kekuatan alam inilah yang dilukiskan secara kontroversial,
kekuatan alam yang baik digambarkan sebagai dewa-dewa, dimana kata dewa itu
sebenarnya artinya sinar yang lain dan sinar dan sinar Ida Sang Hyang Widhi,
sedangkan kekuatan alam yang merusak digambarkan sebagai bhuta kala walaupun
anti sebenarnya adalah kekuatan alam yang belum tentu merusak tetapi selalu
dihubungkan dengan dengan kekuatan-kekuatan yang merusak. Jadi, menurut
anda penjelasan ini bisa diterima oleh umat lain..? saya kira itu tergantung
kesadaran mereka
bersambung....
Perhatian :
Bagi temen - temen yang merasa tulisan saya belum lengkap atau dapat menembahkan beberapa rujukan dari sastra - sastra Hindu, silakan karena apa yang saya tulis adalah sebatas pemahaman saya saja jadi maaf untuk kekurangannya
No comments:
Post a Comment