Sunday, January 13, 2013

KEPEMIMPINAN MENURUT HINDU DALAM KEKAWIN RAMAYANA




 Oleh : Ketut Supatra

 Manusia dalam menjalankan hidup pasti mempunyai tujuan. Tujuan itu berupa kebahagiaan baik lahir maupun batin. Dalam menjalankan hidupnya, selain bertindak sebagai mahluk individu manusia juga merupkan mahluk sosial yang  hidupnya juga bergantung kepada manusia yang lain juga saling mempenggaruhi satu sama yang lain. Oleh karena itu manusia cenderung hidup berkelompok. Setiap kelompok memiliki tujuan masing- masing karena itu, maka setiap kelompok harus memiliki sosok yang dapat menggerakan anggotanya yaitu sesosok pemimpin.
 
            Secara umum seorang pemimpin dalam kepemimpinannya merupakan proses yang menggerakkan , member motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam organisasi tersebut. Hal ini dapat kita temukan dalam teori kepemimpinan yakni: 1) Ing ngarso sintulodo ( di depan member contoh); 2) Ing madiyo Mangun Karso ( di tengah memberi semangat) dan 3) Tut wuri Handayani ( di belakang member semangat). Seorang pemimpin juga harus mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sang tergantung dari kelebihan- kelebihan yang dimiliki setiap pemimpin untuk menggerakkan anggotanya dalam mencapai tujuan yang telah disepakati.
Jika kita amati dewasa ini ,banyak sekali pemimpin yang tidak mencerminkan dirinya sebagai seorang pemimpin. Banyak sekali diantara mereka yang lebih memntingkan kepentingan, kesejahteraan pribadi atau golongannya dari pada kepentiningan masyarakatnya. Padahal secara teori pemimpin harus dapat mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Karena sikap yang demikian, intensitas kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin akhir-akhir ini sangatlah rendah berbeda halnya dengan kepemimpinan pada masa kerajaan Hindu dulu. Pemimpin sangat di percaya sepenuhnya bahkan banyak dari pemimpin yang di percaya sebagai titisan dewa misalnya Raja Erlangga yang di percaya sebagai titisan dewa Wisnu. Hal inin di karenakan dalam menjalankan kepemimpinannya erlangga memiliki karakter yang muliya dan  mementingkan kepentingan rakyatnya. Namun, jika melihat karakter dari pemimpin yang sekarang maka bisa dikatakan pemimpin jaman sekarang jauh dari pemimpin yang ideal dan muliya. Dalam kesempatan ini penulis mencoba memaparkan seperti apa sebenaraya pemimpin yang ideal menurut agama Hindu dalam kekawin Ramayana. Karena agama Hindu yang merupakan agama yang banyak sekali mengajarkan tuntunan hidup banyak sekali memaparkan konsep tentang kepemimpinan dan ketatanegaraan yang dapat kita temukan di weda, niti sastra, wiracerita maupun yang terdapat dalam  lontar-lontar
1. Pengertian Pemimpin
            Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pmimpin menunuk pada seseorang yang di tugaskan memimpin (KBBI 684:1990. BP). Jadi,  pemimpin merupkan seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
A.  Tugas Pemimpin
a)      Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
b)      Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas):
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
c)      Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-
tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
d)     Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
e)       Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
f)        Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
g)       Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
B.  Peran Pemimpin
a) Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
b)  Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
c) Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
2 Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
1) kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi,
2) di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan.
3) adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Jadi, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

3 Kepemimpinan Menurut Hindu Dalam Kekawin Ramayana
            Kepemimpinan dalam hindu juga juga bukan merupakan hal yang baru, oleh karena kepemimpinan merupakan ilmu yang mengenai ketatanegaraan telah di atur dan dikemas dalam berbagai nilai-nilai filsafat sesuai desa kala patra. Pokok-pokok ajaran kepemimpinan  hindu menitik beratkan pada kesejahteraan lahir dan batin . karena kepemimpinan merupakan faktor yang penting dlam menjalankan swadharmanya bagi sesorang yang di percayai menjadi pemimpin.Agama Hindu yang mengajarkan tuntunan hidup bagi umatnya memiliki banyak konsep tentang bagaima menjalankan hidup yang baik termasuk bagaimana cara seorang pemimpin menjalankan kewajiban dalam kepemimpinannya. Konsep kepemimpinan itu banyak tertulis di weda, lontar-lontar termasuk kekawin Ramayana.
            Ajaran kepemimpinan dalam kekawin Ramayana secara sederhana dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang melakoni kisah tersebut. Prabu Dasaratha adalah personifikasi dari ajaran pengendalian diri yaitu pemimpin harus dapat mengendalikan sepuluh indrianya. Dengan mengendalikan sepuluh indria itu maka baik pikiran, perkataan, maupun perkataan dapat terarah dan saling bersinergi. Sri Rama putra pertama dari prabu sang Dasaratha di persnifikasikan sebagai Dharma. Rama yang di gambarkan sebagai sosok cerdas, cekatan, dan penuh gairah pengabdian merupakan sosok yang ideal dalam melaksanakan Dharma dengan segala kebjaksanaannya. Aspek Kama inilah yang dipersonifikasikan sebagai Laksmana; cerdas dan cekatan saja tidak cukup untuk mendukung Dharma, tetapi ada pula Bhakti, cinta kasih dan kesetiaan. Bhakti adalah artha yang paling mulia yang harus dimiliki oleh abdi Dharma aspek Bhakti inilah yang di personifikasikan sebagai Bharata. Hallain yang tidak boleh dilupakan oleh pemimpin yang ideal adalah keperwiraan atau semangat juang yang tinggi. Tanpa keperwiraan pemimpin itu tidak akan berbagai bentuk tantangan. Karena, keberhasilan pemimpin semata-mata ditentukan oleh kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah. Aspek inilah yang terpersonifikasi menjadi Satrughna. Orang yang mampu dan berhasil mengatasi tantangan, terutama sifat-sifat jahat dalam diinya adalah orang yang berhasil mencapai moksa atau kebahagiaan.
            Hal yang tak kalah pentingnya adalah Dewi Sita, putri Bhumi, lambang artha/materi, yaitu kemakmuran, keindahan dan gairah hidup. Sita dapat dipersunting hanya melalui perjuangan atas dasar Dharma dan untuk menegakkan dharma. Untuk itu perlu bantuan Hanoman : prana ‘nafas hidup yang suci’. Sugriwa : wiweka ‘kemampuan menimbang’ dan Wibisana ; niti ‘ intelejen’, ahli politik tata Negara.
4 Karakter Pemimpin Yang Ideal Meurut Kekawin Ramayana
                         Gunamanta sang dasaratha
Wiruh ring weda bhakti reng dewa
Tarmalupeng pitra puja,
 masih ta sireng swagotra kabeh
                                                            (kekawin Ramayana I:3)
            Artinya:
Dasaratha adalam pemimpinyang berkarakter mulia, karena Beliau memahami  isi Weda, tidak lupa bakti kepada leluhur, kasih,baik kepada keluarga maupun kepada rakyatnya.

Ragadi musuh maparo
 ri hati ya toggawayanya tan madoh ring awak
yeka tan hana ri sira
prawira wihikan sireng niti
                                                (kekawin Ramayana I:4)
Artinya :
Sifat ambisius dan lain-lainnya(loba, pemarah, iri hati, pemabuk, dan kebingungan yang ada didalam hati setiap orang, musuh yang keberadaannya tidak jauh dari badan itu, tidak ada pada diri Beliau, perwira, ahli ilmu politik.

Kadi megha manghudanaken,
padanira yar wehaken ikang dana
dinanda krepana ye wineh
nguni-nguni dang hyang dang acarya
                                    (kekawwin Ramayana I:5)
artinya :
bagaikan mendung menjatuhkan hujan, denikian persamaan beliau ketika melimpahkan anugerah dana kepada orang miskin, orang yang sakit, orang yang jompo, terlebih-lebih kepada orang suci, dan pada guru.
Mang satya ta sira ta sira mojar
 ring anakibi towi tar mresawada


nguni-nguni yan ri prajana,
priyahita sojar niratisaya
                                      (Kekawin Ramayana I:6)
artinya :
dan Beliau satia wacana, tidak berkata Bohong kepada perempuan, terlebih-lebih kepada rakyat, tutur kata beliau selalu menyejukkan hati masyarakat
            dari kelima syair tersebut dapat disimak bahwa pemimpin yang ideal ituharuslah orang yang “gunaman” yaitu berkarakter mulia yakni
a)      Memiliki wawasan yang luas , memahami ilmu niti(politik, kepemimpinan, dan ilmu ketatanegaraan)
b)      Berbakti kepada tuhan
c)      Berbakti kepada leluhur
d)     Dislipin dan mampu mengendalikan diri
e)      Dermawan dan bekerja penuh iklas
f)       Pemberani dan berlaku adil
g)      Memiliki sifat penuh kasih
h)      Tuturkatanya memberi insprasi pendengarnya
i)        Setia kepada janji
Inilah Sembilan karakter pemimpin menurut Mpu Yogiswara dalam kekawi Ramayana yang kemudian diringkas menjadi empat cara untuk memperoleh kemuliaan dalam ajaran Hindu yakni catur marga (yoga) yakni :
a)         Jnana, yaitu berusaha mengembangkan wawasan dengan mempelajari weda, niti dan juga mempelajari gagasan mulia orang-orang agung
b)         Bhakti, yang berusaha mengembangkan kasih kepada Tuhan, leluhur, seksama manusia dan lingkungan.
c)         Kama, berusaha berprilaku adil, mengusahakan kesejahteraan Rakyat
d)        Raja, yaitu berusaha disiplin, konsisten dengan pikiran terfokus menurut program, mampu menguasai diri
Dari karakter ideal pemimpin di atas maka dapat secara singkat di jelaskan bahwa pemimpin dalam kepemimpinannya harus dapat mengusahakan kebahagiaan seluruh anggotanya atau rakyatnya dengan tetap mengutamakan rasa bhaktinya dan rasa persaudaraan bersatu mencapai tujuan.
                                                           
5. Astabrata Sebagai Karakter Pemimpin Yang Mulia
            Seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk menjalankan tugasnya menurut hukum,norma, dan tradisi yang baik. dan tidak dibenarkan memiliki sifat-sifat semaunya saja, otoriter, dan materialistis. Agar prilaku seperti itu tidak di miliki oleh seorang pemimpin, maka sepatutnya pemimpin memiliki delapan karakter mulia yang disebut astabrata ( Manawa Dharmasastra, IX; Kekawin Ramayana, XXIV : 53-60,80) yakni:
1.   Indra Brata, Laku Dewa Indra yang selalu memberikan hujan dan air yang memungkinkan tumbuh dan hidupnya tumbuh-tumbuhan serta makhluk didunia ini, bila direnungkan lebih dalam maka terkandung ajaran bahwa pemimpin itu selalu memikirkan nasib anak buahnya, selalu bekerja untuk mencapai kemakmuran masyarakat secara menyeluruh. Pemimpin dituntut untuk bisa memupuk human relation (hubungan kemanusiaan) guna menegakkan human right (kebenaran dan keadilan).
2.    Yama Brata, Laku Dewa Yama sebagai dewa keadilan dengan menghukum segala perbuatan jahat terkandung bahwa seorang pemimpin haruslah berlaku adil terhadap seluruh pengikut yang ada dengan menghukum segala perbuatan yang jahat dengan menjatuhi hukuman yang sesuai dengan besarnya kesalahan mereka dan menghargai perbuatan yang baik. Apabila pemimpin tidak bersikap adil maka akan timbul krisis kewibawaaan dan anarki dalam menjalankan tugas. Sesuai dengan hukum karma phala maka hukuman tersebut harus bersifat edukatif dimana hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan, sehingga bawahan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas kewajibannya.
3.    Surya Brata, Surya Brata tersimpul ajaran bahwa seorang pemimpin dalam tugasnya harus dapat memberikan penerangan kepada anak buahnya atau bawahannya serta memberikan kekuatan kepadanya. Bawahan harus diberikan kesadaran akan tanggung jawabnya dan benar-benar menginsyafi tugas yang dipikulnya. Kalau kita perhatikan keadaan sehari-hari, ternyata bahwa matahari itu memancarkan sinarnya ke segala pelosok dunia dan menerangi seluruh alam semesta ini tanpa pandang tempat, rendah dan tinggi. Dengan demikian pemimpin hendaknya tidak jemu-jemu mengadakan hubungan dengan bawahannya sehingga mengetahui benar tentang keadaan anak buahnya atau bawahannya.
4.    Candra Brata, Candra Brata tersimpul bahwa seorang pemimpin diharapkan memberikan penerangan yang sejuk dan nyaman. Seseorang akan menjadi senang dan taat apabila kebutuhannya dapat dipenuhi, baik bersifat material maupun bersifat spiritual. Dalam hubungan dengan pengertian pemenuhan kebutuhan rohani ini, Roger Bellow dalam Creatif Leadership mengemukakan sebagai berikut, Setiap orang pada hakikatnya mempunyai keinginan untuk dihargai dan sebaliknya tidak senang kalau dihina, lebih-lebih hal itu dilakukan di depan khalayak ramai. Untuk menjaga kehormatan diri anak buah, maka sebaliknya peneguran dilakukan ditempat sendiri. Ada keinginan berpartisipasi dalam pekerjaan, setiap orang ingin untuk mencreate sesuatu sehingga dengan bangga dan senang mengatakan , “Inilah hasil saya atau inilah karya dimana saya turut serta mengerjakan”. Keinginan untuk menghilangkan ketegangan. Ketegangan timbul karena seorang pemimpin menimbulkan rasa tidak enak dan tidak senang. Ketegangan ini jika segera diketahui harus segera dihilangkan. Keinginan untuk aktif bekerja dan pekerjaan itu tidak membosankan. Seorang pemimpin harus memperhatikan tugas anak buahnya, dalam waktu tertentu harus ada pergeseran jabatan, sehingga tidak membosankan anak buah.
5.   Bayu Brata, Pemimpin harus dapat mengetahui segala hal ikhwal dan pikiran anak buahnya, sehingga dapat mengerti lebih dalam, terutama dalam kesukaran hidupnya maupun dalam menjalankan tugasnya, namun tidak perlu diketahui oleh anak buah. Dalam manajemen, hal ini dinamakan employee concelling. Dalam Sloka disebutkan “Angin jika mengenai perbuatan-perbuatan (perbuatan-perbuatan yang jahat), hendaknya kamu ketahui akibatnya. Pandanganmu hendaknya baik. Demikian laku Dewa bayu mempunyai sifat luhur dan tidak tamak (oleh siapapun ia dapat dimintai bantuan).”
6.    Kuwera Brata, Pemimpin haruslah dapat memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya seperti berpakaian yang rapi sebab pakaian itu besar sekali pengaruhnya terhadap seorang bawahan. Hal lain yang terkandung adalah sebelum seorang pemimpin mengatur orang lain, pemimpin haruslah bisa mengatur dirinya sendiri terlebih dahulu.
7.    Baruna Brata, Seorang pemimpin hendaknya mempunyai pandangan yang luas dan bijaksana didalam menyikapi semua permasalahan yang ada. Pemimpin mau mendengarkan suara hati atau pendapat anak buah dan bisa menyimpulkan secara baik, sehingga dengan demikian bawahan merasa puas dan taat serta mudah digerakkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
8.    Agni Brata, Seorang pemimpin haruslah mempunyai semangat yang berkobar-kobar laksana agni dan dapat pula mengobarkan semangat anak buah yang diarahkan untuk menyelesaikan segala pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Selain itu, terdapat satu karakter lagi yaitu Dewi Pertiwi( ksamawan) yang melambang kan sabar, tabh menghadapi cobaan dan juga pemaaf. Agar karakter utama tersebut lebih jelas di pahami , Sri Rama lebih lanjut mengajar Wibisana dengan metode pengandaian. Wacananya di bahsakan sebagai berikut
“ hai Adinda wibisana, busanamu dan istanamu sesungguhnya adalah simbol  kepemimpinan mulia. Untaian kalung permata yang dinda pakai itu adalah simbol ajaran astabrata, kasih sayangmu kepada masyrakat adalah cincinmu, prilaku susila adalah anting-antingmu, keteguhan iman adalah permata astaginamu, kesetiaan adalah mutiaramu, kecerahan dan ketenangan adalah krowistamu , dan mahkotamu adalah pikiran yang suci. Untuk itu rajinlah bermeditasi, ucapkan nama Tuhan agar Dinda mendapat restu dan tuntun oleh kearifannya.”
            Jadi, dengan penjelasan diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kepemimpinan dalam Hindu mengideologikan Dharma. Dharma yang menjadi pros kepemimpinan Hindu idialismenya di jabarkan ssebagai berikut, Kearifan dan keteguhan iman adalah hati seorang pemimpin, kecerdasan adalah otaknya, daya juang atau keperwiraan sebagai badannya, ketrampilan dan kesehatan adalah anggota badannya, kebajikan dan kelembutan adalah wajahnya, kemakmuran dan keindahan dan gairah hidup adalah sebagai hartanya. Dengan memiliki karakter mulia dan maka setiap pemimpin dapat menjalankan swadharmanya untuk mencapai kebahgiaan baik dirinya sendiri maupun orang lain
.


DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta : Balai Pustaka
Suka yasa, wayan. 2010. Pemimpin yang ideal (wacana kepemimpinan dalam adisastra hindu).      Denpasar
Tekek, Made. 1990. Kepemimpinan Dalam Lontar Guna Nahottama. Denpasar
Dan berbagai sumber lain...

1 comment: