Sunday, June 23, 2013

GUNA DALAM BHAGAWAD GITA



Ajaran agama Hindu yang  tercantum dalam kitab Weda tersebar dalam berbagai kitab suci lainnya yang dikodifikasikan oleh para rsi. Kitab suci lain yang disebut adalah kitab smerti, lontar-lontar yang  disesuaikan dengan adat daerah tempat agama Hindu berkembang. Kitab suci agama Hindu memang satu yaitu Weda, namun karena ajarannya yang sangat komplek dan detail para rsi mengkodifikasikannya menjadi beberapa kitab untuk memudahkan umat dalam mempelajari Weda. Salah satu kitab suci agama Hindu adalah Bhagawad Gita yang disebut-sebut sebagai Pancama Weda atau Weda kelima setelah Catur Weda.Disebut Weda kelima karena Bhagawad Gita merupakan rangkuman tentang keseluruhan ajaran Weda yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna ketiga akan berperang. Dalam Bhagawad Gita memuat hal-hal yang berkaitan dengan makrokosmos dan mikrokosmos termasuk di dalamnnya tentang sifat-sifat dari manusia. Kelebihan manusia terletak pada pikirannya, karena hanya manusia yang memiliki pikiran. Pikiran digunakan untuk menentukan baik, buruk, benar, salah sehingga manusia dapat terlepas dari reinkarnasi dan dapat menjalani hidup sesuai dengan tujuan agama Hindu, tetapi pada nyatanya masih terdapat manusia yang belum  mampu mengendalikan semua yang ada dalam dirinya terbukti dengan maraknya perbuatan kriminalitas, merosotnya sifat welas asih yang mebuat hidup manusia semakin menderita. Sifat manusia tersebut tidak terlepas dari yang namanya guna, untuk itu penulis mencoba mengulas guna dari sudut pandang Bhagawad gita sebagai Pancama Weda.









Pengertian Guna
     Guna diartikan sebagai kualitas, sifat. Kualitas-kualitas guna tersebutlah yang memengaruhi citta dan menyelimuti manusia. Menurut Samkya  guna berarti suatu unsur atau komponen yang berkuasa serta mengatur dan bukan atribut atau kualitas((Pendit, 2007:71). Guna dibedakan menjadi tiga, yaitu sattva, rajas, tamas.
     Sattva memiliki sifat nikmat, ringan yang dapat mendatangkan ketenangan, kebahagiaan. Rajas merupakan prinsip kegiatan sesuatu atau kerja, rajas inilah yang menyebabkan  semua pengalaman sedih dan pahit.Sedangkan yang terakhir yakni tamas bersifat pasif dan kenegatifan dalam benda. Tamas bertentangan dengan sattva yang bersifat ringan karena sifat tamas adalah berat sehingga menghasilkan kebodohan, ketidaktahuan dan kegelapan. Karena orang yang memiliki sifat tamas menolak kerja dari rajas, menolak aktivitas sehingga orang yang demikian akan mudah mengantuk, tidur dan malas( Pendit, 2007:73).
 Guna dalam Bhagawad Gita
     Ajaran tentang Guna juga dijelaskan dalam Bhagawad Gita. Bhagawad Gita adalah kumpulan wejangan dari Kresna kepada Arjuna ketika akan berperang melawan keluarganya sendiri dalam perang Bratayuda. Pada makalah ini penulis akan menginterpretasi sloka-sloka yang berkaitan dengan guna tersebut.



Bhagawad Gita XII,5 menyebutkan
sattvaṁ rajas tama iti
guṇāḥ prakŗtisaṁbhavāh
mbadhanti mahābāho
dehe dehinam avyayam
Artinya :
Sattva, rajah, tamah ini adalah guna yang lahir dari prakerti wahai yang berlengan perkasa, yang mengikat penghuni badan yang kekal itu dengan eratnya
Ciptaan pertama dari terbentuknya alam semesta adalah Purusha dan Prakerti, Purusha adalah roh, jiwa. Prakerti merupakan materi.Dari pertemuan prakerti  dan purusha inilah lahir citta dan guna(Sukayasa, 2011). Tiap manusia yang lahir membawa gunanya masing-masing yang mengikat kehidupannya, karena guna ini yang memberikan sifat pada diri manusia.
Tatra sattvaṁ nirmalatvāt
Prakāśakam anāmayam
Sukha saṅgena badhnāti
Jnāna saṅgena cānagha (BG,XIV-6)
Artinya:
Dari sini sifat sattva memancar karena kesuciannya, tanpa mengenal penderitaan, dengan belenggu kebahagiaan dan ilmu pengetahuan wahai yang tanpa dosa.
Sifat sattva merupakan perwujudan sifat kedewataan yang disebut Daiwi sampad dan dalam Tantra disebit diwya Sifat yang dibawa oleh sattva ini sifat yang bijaksana, baik hati, tenang karena sattva penuh dengan pengetahuan, sehingga orang-orang yang didominasi oleh sattva akan memperoleh kebahagiaan.
Rajo rāgātmakaṁ viddhi
tŗṣnā-saṅga-samudbhavam
tan nibadhnāti kaunteya
karma-saṅgena dehinan(BG, XIV-7)
Artinya:
Ketahuilah wahai arjuna rajah bersumber pada nafsu yang lahir dari keinginan yang mengikat penghuni badan ini untuk melakukan kegiatan kerja

Sifat kedua yang dimiliki manusia adalah yang bersumber dari guna rajas, karakteristik yang dimiliki guna rajas adalah pekerja keras, berambisi, ego yang tinggi, ingin selalu menang. Rajas bersifat dinamis, tanpa dorongan dari rajas sattva dan tamas tidak akan bisa menunjukkan ataupun melakukan sesuatu(Avalon,tt).
Tamas tu ajnāna-jaṁ viddhi
mohanaṁ sarva-dehinām
pramadālasya-nidrābhis
tan nibadhnāh bharata (BG,XIV-8)
Artinya:
Ketahuilah pula wahai bharata bahwa sifat tamah sesungguhnya lahir dari kebodohan yang membingungkan semua perwujudan dan mengikatnya dengan ketololan , kemalasan dan ketiduran.

Karakteristik sifat tamah merupakan karakter sifat tumbuhan yang dominan, penuh dengan kemalasan, mudah mengantuk, sehingga tidak ada keinginan untuk maju, Karena kemalasannya itulah ia memperoleh kebodohan karena keengganan untuk mengejar ilmu pengetahuan, dari kebodohan menghantarkan manusia pada kebingungan.
Sattvam sukhe sanjayati
Rajah karmani bharata
Jnanam āvŗtya tu tamah
Premade sanjayaty uta (BG,XIV-9)
Artinya:
Sattva mengikat seseorang pada kebahagiaan, rajas pada kegiatan kerja wahai bharata, sementara tamas menyelubungi pengetahuan dan mengikat kita pada kekurangwaspadaan

Orang yang yang didominasi oleh sifat sattva adalah orang yang gemar mencari pengetahuan, menggunakan pengetahuan tersebut guna kepentingan hidupnya dan orang lain sehingga orang tersebut akan memperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Rajas merupakan sifat yang penuh dengan ambisi sehingga mereka akan selalu melakukan kerja guna memenuhi ambisi mereka, mereka akan terus mencoba sampai akhirnya apa yang mereka inginkan tercapai. Sedangkan tamas, membuat orang-orang menjadi malas, tidak memiliki pengetahuan, yang pada akhirnya jatuh pada jurang kebodohan dan ketidakwaspadaankan suatu hal. Rajas dan tamas inilah yang harus dikendalikan ,orang yang mampu menekan tamas keluara dalam diri merupaka kemajuan spiritual bagi jiwatma
            Manusia yang mampu memposisikan sattva lebih tinggi dibandingkan rajas dan tamas akan memperoleh kesucian, Dominasi rajas akan berphala penderitaan karena ambisi yang tidak pernah habis, yang dapat membuat manusia menjadi lupa diri dan pada akhirnya menggunakan segala cara dalam mencapai tujuan, tidak lagi menggunakan Dharma sebagai landasan dalam bekerja.Dan kebodohan adalah phala dari sifat tamas yang mendominasi. Bila manusia dapat mengendalikan ketiga guna tersebut, dalam artian mampu menyeimbangan peran ketiganya maka ia akan terbebas dari penderitaan reinkarnasi yang meliputi kelahiran, unur tua, sakit dan kematian.
Dhalam Bhagawad gita XIV.22 disebutkan mereka yang mengatasi tri guna ini adalah mereka yang tidak membenci kecemerlangan, kegiatan dan juga kebingungan . Yang maksudnya dapat memosisikan ketiga guna tersebut sesuai fungsinya masing-masing




 Simpulan
1. Terbentuknya guna dalam diri manusia karena adanya purusha dan prakerti. Purusha adalah aspek roh, jiwa sedangkan prakerti adalah material. Materi dapat bergerak karena ada roh, jiwa di dalam materi tersebut. Begitu pula dengan manusia dapat hidup, karena Paraatman yang mendiami wadag atau badan manusia  sekaligus memberikan citta dan guna ketika manusia itu dilahirkan.
2. Karakeristk sifat sattva adalah berprilaku tenang, nyaman. Rajas sifat yang mendorong untuk berbuat atau bekerja. Tamas dalam tantra disebut pashu, yang membuat selubung-selubung kebodohan dalam diri Atma.




DAFTAR PUSTAKA

Avalon, Arthur. Tantra of The Great Liberation. Terjemahan I Ketut Nila. Mahanirwana Tantra. 1997. Cetakan I Edisi Indonesia. Denpasar:Upada Sastra.
Pendit, Nyoman S. 1995. Hindu dalam tafsir Modern. Denpasar:Bali Post.
Pudja, G.1999. Bhagawad Gita(Pancama Weda). Surabaya:Paramita
Sukayasa, I Wayan. 2011. Brahmawidya :Teks Tattwa Jnana. Denpasar:Widya Dharma.

No comments: