Ajaran agama Hindu yang tercantum
dalam kitab Weda tersebar dalam berbagai kitab suci lainnya yang
dikodifikasikan oleh para rsi. Kitab suci lain yang disebut adalah kitab
smerti, lontar-lontar yang disesuaikan
dengan adat daerah tempat agama Hindu berkembang. Kitab suci agama Hindu memang
satu yaitu Weda, namun karena ajarannya yang sangat komplek dan detail para rsi
mengkodifikasikannya menjadi beberapa kitab untuk memudahkan umat dalam
mempelajari Weda. Salah satu kitab suci agama Hindu adalah Bhagawad Gita yang
disebut-sebut sebagai Pancama Weda atau Weda kelima setelah Catur Weda.Disebut
Weda kelima karena Bhagawad Gita merupakan rangkuman tentang keseluruhan ajaran
Weda yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna ketiga akan berperang. Dalam
Bhagawad Gita memuat hal-hal yang berkaitan dengan makrokosmos dan mikrokosmos
termasuk di dalamnnya tentang sifat-sifat dari manusia. Kelebihan manusia
terletak pada pikirannya, karena hanya manusia yang memiliki pikiran. Pikiran digunakan
untuk menentukan baik, buruk, benar, salah sehingga manusia dapat terlepas dari
reinkarnasi dan dapat menjalani hidup sesuai dengan tujuan agama Hindu, tetapi
pada nyatanya masih terdapat manusia yang belum
mampu mengendalikan semua yang ada dalam dirinya terbukti dengan
maraknya perbuatan kriminalitas, merosotnya sifat welas asih yang mebuat hidup
manusia semakin menderita. Sifat manusia tersebut tidak terlepas dari yang
namanya guna, untuk itu penulis mencoba mengulas guna dari sudut pandang Bhagawad
gita sebagai Pancama Weda.
Pengertian
Guna
Guna
diartikan sebagai kualitas, sifat. Kualitas-kualitas guna tersebutlah yang
memengaruhi citta dan menyelimuti manusia. Menurut Samkya guna berarti suatu unsur atau komponen yang berkuasa
serta mengatur dan bukan atribut atau kualitas((Pendit, 2007:71). Guna
dibedakan menjadi tiga, yaitu sattva, rajas, tamas.
Sattva
memiliki sifat nikmat, ringan yang dapat mendatangkan ketenangan, kebahagiaan.
Rajas merupakan prinsip kegiatan sesuatu atau kerja, rajas inilah yang
menyebabkan semua pengalaman sedih dan
pahit.Sedangkan yang terakhir yakni tamas bersifat pasif dan kenegatifan dalam
benda. Tamas bertentangan dengan sattva yang bersifat ringan karena sifat tamas
adalah berat sehingga menghasilkan kebodohan, ketidaktahuan dan kegelapan.
Karena orang yang memiliki sifat tamas menolak kerja dari rajas, menolak
aktivitas sehingga orang yang demikian akan mudah mengantuk, tidur dan malas(
Pendit, 2007:73).
Guna dalam Bhagawad Gita
Ajaran
tentang Guna juga dijelaskan dalam Bhagawad Gita. Bhagawad Gita adalah kumpulan
wejangan dari Kresna kepada Arjuna ketika akan berperang melawan keluarganya
sendiri dalam perang Bratayuda. Pada makalah ini penulis akan menginterpretasi
sloka-sloka yang berkaitan dengan guna tersebut.
Bhagawad Gita XII,5 menyebutkan
sattvaṁ rajas tama iti
guṇāḥ prakŗtisaṁbhavāh
mbadhanti mahābāho
dehe dehinam avyayam
Artinya :
Sattva, rajah, tamah ini adalah guna yang lahir
dari prakerti wahai yang berlengan perkasa, yang mengikat penghuni badan yang
kekal itu dengan eratnya
Ciptaan pertama dari terbentuknya alam semesta
adalah Purusha dan Prakerti, Purusha adalah roh, jiwa. Prakerti merupakan
materi.Dari pertemuan prakerti dan
purusha inilah lahir citta dan guna(Sukayasa, 2011). Tiap manusia yang lahir
membawa gunanya masing-masing yang mengikat kehidupannya, karena guna ini yang
memberikan sifat pada diri manusia.
Tatra sattvaṁ nirmalatvāt
Prakāśakam anāmayam
Sukha saṅgena badhnāti
Jnāna saṅgena cānagha (BG,XIV-6)
Artinya:
Dari sini sifat sattva memancar karena
kesuciannya, tanpa mengenal penderitaan, dengan belenggu kebahagiaan dan ilmu
pengetahuan wahai yang tanpa dosa.
Sifat sattva merupakan perwujudan sifat kedewataan
yang disebut Daiwi sampad dan dalam Tantra disebit diwya Sifat yang dibawa oleh sattva ini sifat yang bijaksana, baik
hati, tenang karena sattva penuh dengan pengetahuan, sehingga orang-orang yang
didominasi oleh sattva akan memperoleh kebahagiaan.
Rajo rāgātmakaṁ viddhi
tŗṣnā-saṅga-samudbhavam
tan nibadhnāti kaunteya
karma-saṅgena dehinan(BG, XIV-7)
Artinya:
Ketahuilah
wahai arjuna rajah bersumber pada nafsu yang lahir dari keinginan yang mengikat
penghuni badan ini untuk melakukan kegiatan kerja
Sifat kedua
yang dimiliki manusia adalah yang bersumber dari guna rajas, karakteristik yang
dimiliki guna rajas adalah pekerja keras, berambisi, ego yang tinggi, ingin
selalu menang. Rajas bersifat dinamis, tanpa dorongan dari rajas sattva dan
tamas tidak akan bisa menunjukkan ataupun melakukan sesuatu(Avalon,tt).
Tamas tu ajnāna-jaṁ viddhi
mohanaṁ sarva-dehinām
pramadālasya-nidrābhis
tan nibadhnāh bharata (BG,XIV-8)
Artinya:
Ketahuilah
pula wahai bharata bahwa sifat tamah sesungguhnya lahir dari kebodohan yang
membingungkan semua perwujudan dan mengikatnya dengan ketololan , kemalasan dan
ketiduran.
Karakteristik
sifat tamah merupakan karakter sifat tumbuhan yang dominan, penuh dengan
kemalasan, mudah mengantuk, sehingga tidak ada keinginan untuk maju, Karena
kemalasannya itulah ia memperoleh kebodohan karena keengganan untuk mengejar
ilmu pengetahuan, dari kebodohan menghantarkan manusia pada kebingungan.
Sattvam sukhe sanjayati
Rajah karmani bharata
Jnanam āvŗtya tu tamah
Premade sanjayaty uta (BG,XIV-9)
Artinya:
Sattva
mengikat seseorang pada kebahagiaan, rajas pada kegiatan kerja wahai bharata,
sementara tamas menyelubungi pengetahuan dan mengikat kita pada
kekurangwaspadaan
Orang
yang yang didominasi oleh sifat sattva adalah orang yang gemar mencari
pengetahuan, menggunakan pengetahuan tersebut guna kepentingan hidupnya dan
orang lain sehingga orang tersebut akan memperoleh kebahagiaan lahir dan batin.
Rajas merupakan sifat yang penuh dengan ambisi sehingga mereka akan selalu
melakukan kerja guna memenuhi ambisi mereka, mereka akan terus mencoba sampai
akhirnya apa yang mereka inginkan tercapai. Sedangkan tamas, membuat
orang-orang menjadi malas, tidak memiliki pengetahuan, yang pada akhirnya jatuh
pada jurang kebodohan dan ketidakwaspadaankan suatu hal. Rajas dan tamas inilah
yang harus dikendalikan ,orang yang mampu menekan tamas keluara dalam diri
merupaka kemajuan spiritual bagi jiwatma
Manusia
yang mampu memposisikan sattva lebih tinggi dibandingkan rajas dan tamas akan
memperoleh kesucian, Dominasi rajas akan berphala penderitaan karena ambisi
yang tidak pernah habis, yang dapat membuat manusia menjadi lupa diri dan pada
akhirnya menggunakan segala cara dalam mencapai tujuan, tidak lagi menggunakan
Dharma sebagai landasan dalam bekerja.Dan kebodohan adalah phala dari sifat
tamas yang mendominasi. Bila manusia dapat mengendalikan ketiga guna tersebut,
dalam artian mampu menyeimbangan peran ketiganya maka ia akan terbebas dari
penderitaan reinkarnasi yang meliputi kelahiran, unur tua, sakit dan kematian.
Dhalam Bhagawad gita XIV.22 disebutkan mereka
yang mengatasi tri guna ini adalah mereka yang tidak membenci kecemerlangan,
kegiatan dan juga kebingungan . Yang maksudnya dapat memosisikan ketiga guna
tersebut sesuai fungsinya masing-masing
Simpulan
1. Terbentuknya guna dalam diri manusia karena
adanya purusha dan prakerti. Purusha adalah aspek roh, jiwa
sedangkan prakerti adalah material. Materi dapat bergerak karena ada roh, jiwa
di dalam materi tersebut. Begitu pula dengan manusia dapat hidup, karena
Paraatman yang mendiami wadag atau badan manusia sekaligus memberikan citta dan guna ketika
manusia itu dilahirkan.
2.
Karakeristk sifat sattva adalah berprilaku tenang, nyaman. Rajas sifat yang
mendorong untuk berbuat atau bekerja. Tamas dalam tantra disebut pashu, yang
membuat selubung-selubung kebodohan dalam diri Atma.
DAFTAR
PUSTAKA
Avalon, Arthur. Tantra of The
Great Liberation. Terjemahan I Ketut Nila. Mahanirwana Tantra. 1997. Cetakan I Edisi Indonesia. Denpasar:Upada
Sastra.
Pendit, Nyoman S.
1995. Hindu dalam tafsir Modern. Denpasar:Bali Post.
Pudja, G.1999.
Bhagawad Gita(Pancama Weda). Surabaya:Paramita
Sukayasa, I Wayan. 2011. Brahmawidya :Teks Tattwa Jnana. Denpasar:Widya
Dharma.
No comments:
Post a Comment