Tuesday, October 29, 2013

RESENSI BUKU SADUPANISAD
            Buku Sadupanisad memaparkan isi enam bagian upanisad yang masing-masing menjelaskan tentang ajaran-ajaran Tuhan dan alam semesta termasuk hakekat tentang kehidupan manusia. Bagian-bagian itu meliputi :1) isa upanisad, memaparkan tentang kekuasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta yang maha sempurna dan juga ajaran agar manusia dalam setiap kegiatanya berorientasi pada Tuhan agar dapat mencapai tujuan hidup tertinggi yaitu penyatuan dengan beliau. ; 2) Svetasvatara Upanisad, memaparkan tentang hakekat Tuhan (Rudra) yang maha Agung yang tak terlahirkan dan termusnahkan dan ada pada setiap jiwa mahluk hidup. Di jelaskan pula cara besatu dengan beliau adalah dengan beryoga melepaskan segala ikatan duniawi baik pikiran,perkataan dan perbuatan ; 3) Katha Upanisad, memaparkan rahasia kematian, hubungan Atman dan Brahman, sifat-sifat atma, memaparkan tentang makna “Om” sebagai aksara suci dan cara mencapai Brahman dengan mengendalikan Indra; 4) Madukya Upanisad, memaparkan tentang Om yang merupakan bunyi tunggal yang abadi dari kesadaran tertinggi dan memaparkan tentang Atman yang unsurnya adalah Om; 5) Prasna Upanisad, memaparkan tentang hakekat alam semesta dan unsurnya yang tercipta oleh Brahma, yang setiap orang selalu menggambarkannya (Brahman) dalam segala bentuk; 5) Mundaka Upanisad, memaparkan tentang Ilmu Pengetahuan yang berasal dari Brahma, juga memaparkan tentang landasan Yadnya dan manfaatnya. Dan cara mencapai kebaikan (Brahman) dengan Raja yoga atau semedi.



BAB II
PENDAHULUAN
Kata Upanisad berasal dari kata upa ‘dekat’ ni ‘dibawah sad ‘duduk’. Jadi, upanisad berartiduduk di bawah dekatnya maksudnya adalah duduk dekat dengan guru dan siap menerima segala ajaran-ajarannya. Upanisad terbagi menjadi 108 buah kitab yang masing-masing membahas hal yang berbeda namun tetap tentang Brahman dan Atman. Seperti halnya kitab upanisad yang lain buku Sadupanisad yang merupakan kumpulan dari enam upanisad juga dengan panjang memaparkan tentang hakekat Atman yang terbentuk dari Brahman yang merupakan jiwa tungga dan atmanpun bersifat sempurna layaknya. Secara awam kita mengenal Atman adalah roh yang berada dalam setiap mahluk yang iliputi dosa dan berbagai kekurangan bagaimana bisa dikatakan sempurna seperti Sang Hyang Widhi. Hal ini lah yang membuat penulis tertarik mengangkat tema tentang Atman dan Brahman karena sejatinya kedu ajaran trsebut termasuk dalam sradha (kepercayaan) umat hundu.
            Adapun hal yang akan dibahas dan penulis gunakan sebagai rumusan masalah yaitu sebagai berikut,
1)     Bagaimanakah sesungguhnya hubungan Atman dengan Brahman ?
2)     Apa sajakah sifat-sifat Atman ?
3)     Bagaimana cara mencapai Moksa (penyatuan Atma dengan Brahman) yang merupakn tujuan tertinggi umat Hindu ?


BABIII
PEMBAHASAN

1.1   Pengertan Atman dan Hubungan Atman dengan Brahman
            Atman merupakan percikan-percikan kecil dari parama Atman yaitu Sang Hyang Widhi Wasa yang berada didalam mahluk hidup. Kata Atman, diambil dari kata An (bernafas), yaitu nafas kehidupan (Wayan Maswinara 1996 :75). Atman merupakan prinsif kehidupan manusia, roh yang meresapi, atau meliputi keberadaannya, nafas (prana), kecerdasan (prajna) dan mengatasinnya. Untuk mengetahui lebih jauh hubungan atma dengan brahma, dapat dilihat dari petikan mantra berikut ini,
Eko vasti sarvabhutantaratma
ekam bijam bahudha yah karoti
tam atmasyham ye’nupasyanti dhiras
tesyam sukham sasvatam netaresam
                                                (Katha Upanisad Bag II:12)
Artinya            :
Dia yang tunggal itulah penguasa semuanya
atma yang esa itu menjadikan dirinya tampak jamak
ia yang arif menyadari dia bersemayam dalam jiwa
memperoleh suka-cita kekekalan, bukan yang lainnya

Sarvam hy etad brahma
ayam Atma Brahma
so’yam Atma catuspat
                                    ( Mandukya upanisad :2)
Artinya            :
Semua ini adalah Brahman
Atman adalah Brahman
Atman, sang diri, memiliki empat kaki
Dari petikan dua mantra Upanisad diatas, maka dapat ditarik garis besar bahwa, Ia disebut Atman. Ia dalah Brahma. Brahma atman aikyam, Brahman adalah azas alam semesta sedangkan atma adalah azas pribadi atau individu. Sang Hyang Widhi dapat di ibaratkan sebagai matahari dan Atman sebagai sinar-sinarnya yang terpancar merasuki dalam hidup semua makhluk. Istilah Brahman sendiri berasal dari akar kata “brh” yang berarti menjadi besar atau kuat. Kata Brahman juga berarti roh impersonal keberadaan seseorang atau roh universal tunggal , keberadaan diri, yang mutlak, Yang Abadi ( Wayan Maswinara,1996:69). Atman merupakan prinsip kesadaran pribadi yang dalam Mandukya upanisad di istilahkan dengan empat kaki. Kesadaran antara lain Vaisvanara (kesadaran yang bergerak keluar) si penikmat kasar; Taijasa (kesadaran yang bergerak kedalam) yakni si pemikat hal-hal yang bersifat halus ; Prajna ( kesadaran yang diam/ tak memiliki keinginan) yakni si penikmat objektivitas yang tak berwujud dan Esa (kesadaran tertinggi). Sedangkan Brahman adalah dasar pribadi super dari kosmo. Segera setelah itu perbedaan diantara keduanya lenyap dan keduanya menjadi identik atau tunggal.
            Brahman sebagai prinsip pertama dari alam semesta yang merupakan jiwa dan nafas bagi seluruh alam semesta, yang diketahui melalui atman sebagai sang diri batin manusia.
Indriyebhyah param mano
Manasas sattvam utamam
Sattvat adhi mahan atma
Mahato’vyaktam uttamam
                        (Katha Upanisad II.3:7)
Artinya            :
Di atas indra-indra adalah pikiran
Di atas pikiran adalah Budi
Diatas budi adalah Atman
Diatas atman adalah yang tak berwujud.


Avyaktat tu parah puruso
vyapako ‘lingga eva ca,
yam jnatva mucyatejantur
amrtatvam ca gacchati.
                        (Katha Upanisad II.3:8)
Artinya            :
Diatas yang tanpa wujud adalah Dia
yang ada diman-mana yang tanpa tanda apapun
dengan menyadari dia, maka bijaklah ia,
bebas dari derita , dan mencapai keabadian

3.2  Sifat-Sifat Atman
            Telah kita ketahui bahwa Atman berasal dari Sang Hyang Widhi, maka Atmanpun memiliki sifat-sifat yang sama dengan Sang Hyang Widhi. Dalam Katha Upanisad disebutkan

Esa sarvestu bhutesu
gudho ‘tma na prakasate,
drsyate tvargyaya buddhya
suksmaya suksma darsibhih
                                    (Katha Upanisad I.3.12)
Artinya            :
Atman yang bercahaya halus itu
Ada dalam setiap mahluk
Ia hanya dapat di laihat oleh para resi
Dengan budi yang tajam dan murni

Asabdam Asparsan Arupam Avyayam
tatha arasam nityam agandhavac ca yat
anady anantam mahatah param dhruvam
nicayya Tam Mrtyu Mukhat Pramucyate
                                    (Katha Upanisad I.3.15)

Artinya            :
Atman itu tanpa suara, tidak teraba, tak berbentuk,
Tidak pernah tua, tanpa rasa, abadi, tanpa bahu,
Tanpa pemulaan, tanpa akhir, tak terjangkau, langgeng
Dengan menyadari Atman orang bebas dari kematian.
Dari petikan mantra Katha Upanisad telah jelas memaparkan sifat-sifat atma yakni ada disetiap mahluk, tak berawal dan tak berakhir dan tak dapat dimusnahkan. Selain dalam upanisad, penjelasan tentang sifat- sifat Atman juga dapat di temukan dalam Begawad Gita yang berisi tentang nasehat Kresna kepada Arjuna saat Arjuna mengalami kebingungan saat akan bertarung di padang kuru setra seperti Sloka berikut ini,
Na tv evaham jatu nasam
na tvam neme janadhipah
na caiva na bhavisyamah
srve vayam atah param
                        (Bhagawad Gita II:12)
Artinya            :
Baik Aku, engkau dan para pemimpin ini tak pernah tidak ada
Sebelumnya, ataupun akan berhenti adanya, sesekalipun sudah mati

Accheyo ‘yam adahyo ‘yam
akledyo ‘sosyam eva ca
nityah sarva-gatah sthanur
acalo ‘yam sanatanah      
                        (Bhagawad Gita II:24)



Artinya            :
Sesungguhnya ia tak bisa di lukai, dibakar dan juga dikeringkan dan dibasahi; dia kekal, meliputi segalanya, tidak berubah, tidak bergerak, dan abadi selamanya.

Avyakto ‘yam acintyo ‘yam
Avikaryo ‘yam ucyate,
Tasmad evam viditvainam
Nanusocitum arhasi
                        ( Bhagawad Gita II:25)

 Artinya           :
Dia tak dapat diwujudkan dengan kata-kata, tidak dapat dipikirkan dan dinyatakan, tak berubah-ubah; karena itu dengan mengetahui sebagaimana halnya, engkau tak perlu berduka.
Jika dicermati petikan mantra dan sloka di atas maka dapat disimpulka bahwa baik Kartha Upanisad maupun Bhagawad Gita keduanya memaparkan tentang sifat-sifat atmna yang hampir sama dengan Brahman. Intinya adalah atman itu abadi yakni dapat dirincikan acchedya ( tak terlukai oleh senjata), adahya (tak terbakar oleh api), akledya( tak terkeringkan oleh angin), asasyah (tak terbinasakan oleh air), nitya (abadi), sarwagatah ( ada dimana-mana), sthanu (tak berpindah-pindah), acala (tak bergerak), sanatana (selalu sama), awyakta ( tidak terlahirkan), acintya (tak terpikirkan), awikara (tak berubah) dan sempurna tidak laki-laki maupun perempuan.

3.3 Moksa (Penyatuan Atman Dengan Brahman)
              Atmna adalah azas pribadi atau individu yang berasal dari Brahman yang merupakan azas alam semesta. Pada dasarnya atman adalah suci dan sempurna , namun setelah bersatu dengan tubuh, atman itu pun mendapatkan pengaruh mayadan segala bentuknya. Atman menikmanti wisayanya dan terbawa dalam suka duka hidup. Penyatuan atman dengan badan juga menimbulkan awidya (kegelapan). Jadi manusia lahir dalam keadaan awidya yang menyebabkan ketidaksempurnaan. Walau atma tetap sempurna namun manusia itu sendiri tidaklah sempurna karena manusia tak luput dari kematian. Tetapi walaupun manusia atau badan kasar asuba karmannya dan akhirnya ia terikat olah punarbawa dan hukum karma pala, yang menyebabkan ia lahir kembali berulang-ulang sesuai karma hidupnya sampai akhirnya terhenti jikaatma kembali menyatu dengan Brahman. Penyatuan itu di sebut moksa. Seperti halnya yang dipaparkan dalam Sevatasvatara Upanisad berikut ini,
Jnatva devam sarvapasapahanih ksinatih
kesair janma mrtyu-prahanih
tasyabhidhyanat trtiyam deha-bhede
visvaisryam kevala apta-kamah
                                  (Sevatasvatara Upanisad I.11)
Artinya            :
Dengan mengetahui tuhan terlepaslah semua ikatan
ketika penderitaan berakhir, tidak terjadi lagi kelahiran dan kematian
dengan berkontemplasi kepada nya, maka dunia ketiga, dunia sang jiwa,
diaman sang penguasa segala ada ditemukan
dengan kemanunggalan itu sang jiwa menjadi pemilik segalanya.
 Moksa atau mukti adalah tujuan akhir dari kehidupan maya di alam kemtian. Moksa merupakan pencapaian inti kebahagiaanBrahman, melalui pengetahuan tentang sang diri . untuk mencapai moksa sang Atman harus terlepas oleh semua ikatan duniawi. Keadaan itu disebut jiwamukti atau moksa semasih hidup. Caranya ialah dengan jalan berbakti kepada Sang Hyang Widhi salah satunya dengan catur yoga yakni
a)     Jnana yoga, adalah jalan menyatukan diri dengan sang hyang widhi dengan mengabdikan ilmu pengetahuan. Katha upanisad I.3.7 mengajarkan bahwa pengetahuan merupakan hal yang penting dalam mengendalikan pikiran mantra itu menyebutkan bahwa “..ia yang tak punya pengetahuan tak punya pengendalian pikiran. Demikian pulai ia yang tiadak suci tidak mencapai tujuandan berulang kali lahir kedunia”.
b)     Bhakti Yoga, adalah cara menyatukan diri dengan Sang Hyang Widhi Dengan cara bakti baik melakukan sembahyang maupun yadnya.  Karena dalam  svetrasvara Upanisad  disebutkan bahwa mereka yang senagtaisa bakti dan melaksanakan yoga maka akan dapat melihat tuahan dalam diri.
c)     Karma Yoga, adalah cara menyatukan  diri pada sang hyang widhi dengan cara melakukan perbuatan bijak, mulia dan bemanfaat tidak berdasarkan nafsu karena dalam Katha Upanisad dikatakan “ mereka yang di kuasai nafsu mencari kenikmatan diluar, karena itu mereka terperangkap kematian. Tetapi orang biajk denag wawasan yang luas, surut diam dalam diri tidak mencari kenikamatan duniawi”.
d)     Raja Yoga adalah cara menyatukan  diri pada sang hyang widhi dengan melakukan tapa, brata dan meditasi.
Walaupun terdapat empat cara tetapi diantara kempat cara tersebut tidaka ada yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Semuanya baik dan utama tergantung pada individu masing-masing. Ini dari semua itu adalah bagaiman cara agar kita dapat mengendalikan indria kita agar kita tidak terikat pada kenikmatan duniawi agar tujuan tertinggi kita yaitu moksa dapat tercapai.
Satyena labhyas tapasa hy esa atman
samyag-jnanena brahmacaryena nityam
antah-sarire jyotir-madyo hi subhro yam
pasyanti yatayah krinadosah
                                                (Mandaka Upanisad III.1.5)
Artinya:
Atman itu bertata dalam diri. Ia murni dan menyinari
ia dapat dicapai dengan satya’kejujuran’, tapa ‘pemusatan pikiran’,
brahmacari ‘pengendalaian diri’ dan samyang-jnana’ kearifan’.
Maka, teladanilah sang petapa yang telah menghapus dosa-dosa
denngan melenyapkan kebodohannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pemaparan Bab sebelumnya maka penuis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut,
1.               Atman merupakan percikan terkecil dari sang Hyang Widhi. Atman adalah Atma adalah jiwa dan azas pribadi atau individu yang berasal dari Brahma yang merupakan jiwa dan azas alam semesta.
2.               Atman berasal dari Sang Hyang Widim oleh karena itu atma memiliki sifat yang hamper sama dengan Sang Hyang Widhi yaitu kekal dan sempurna hanya saja saat atman memesuki wadag kasar atman itu mendapat pengaruh Awidya yang menyebabkan Atman terikat karma Pala dan Punarbawa.
3.               Moksa adalah tujuan akhir manusia yaitu penyatuan antara Atman Dengan Brahman. Namun Hal itu dapat tercapai apabila Atman telah terlepas dari semua ikatan duniawi.
DAFTAR PUSTAKA
Maswinara, IWayan.1996. Konsep Panca Sradha. Surabaya : Paramita
Puja, G.1999. Bagawad Gita. Surabaya : Paramita
Suka yasa, IWayan.2011. Sadupanisad. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia
Sudharta, Tjok Ray. Upadeca Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu. Surabaya: Paramita 

No comments: