Salah satu cara untuk menambah
ilmu adalah mendengarkan, seperti halnya para Rsi saat beliau melakukan tapa
semedi mendengar wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi yang kemudian beliau tulis
menjadi kitab-kitab suci yang penuh dengan ajaran-ajaran Tuhan. Sekiranya kita
sebagai umat meneladani sikap tersebut, dengan cara mendengarkan dharma wacana
oleh pedanda atau pandita, pemangku atau pinandita maupun oleh para akademisi yang berkompeten
dalam hal agama. Saat ini media televise di Bali telah memiliki program dharma
wacana yang ditayangkan setiap hari sehingga kita tidak harus menunggu upacara
di pura untuk bisa mendengarkan dharma wacana. Nah, artikel yang penulis buat
kali ini merupakan ringkasan dari sebuah acara dharma wacana dengan narasumber
seorang tokoh akademisi yang juga telah membuat berbagai artikel di beberapa
majalah bahkan sudah ada yang dibukukan, beliau adalah Drs. I Gusti Ketut
Widana, M.Si. Adapun topik yang dibahas sangat menarik karena ini menyangkut,
waktu yang digunakan manusia untuk melaksanakan kegiatan keagmaannya yang
diidentikkan dengan orang beragama, maksudnya orang dikatakan beragama jika ia
sudah menjalankan tugas atau kewajibannya akan kegiatan keagamaan, dengan judul
SUDAHKAH KITA BERAGAMA?????
Friday, November 1, 2013
Tuesday, October 29, 2013
RESENSI BUKU SADUPANISAD
Buku Sadupanisad memaparkan isi enam bagian upanisad yang masing-masing menjelaskan tentang ajaran-ajaran Tuhan dan alam semesta termasuk hakekat tentang kehidupan manusia. Bagian-bagian itu meliputi :1) isa upanisad, memaparkan tentang kekuasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta yang maha sempurna dan juga ajaran agar manusia dalam setiap kegiatanya berorientasi pada Tuhan agar dapat mencapai tujuan hidup tertinggi yaitu penyatuan dengan beliau. ; 2) Svetasvatara Upanisad, memaparkan tentang hakekat Tuhan (Rudra) yang maha Agung yang tak terlahirkan dan termusnahkan dan ada pada setiap jiwa mahluk hidup. Di jelaskan pula cara besatu dengan beliau adalah dengan beryoga melepaskan segala ikatan duniawi baik pikiran,perkataan dan perbuatan ; 3) Katha Upanisad, memaparkan rahasia kematian, hubungan Atman dan Brahman, sifat-sifat atma, memaparkan tentang makna “Om” sebagai aksara suci dan cara mencapai Brahman dengan mengendalikan Indra; 4) Madukya Upanisad, memaparkan tentang Om yang merupakan bunyi tunggal yang abadi dari kesadaran tertinggi dan memaparkan tentang Atman yang unsurnya adalah Om; 5) Prasna Upanisad, memaparkan tentang hakekat alam semesta dan unsurnya yang tercipta oleh Brahma, yang setiap orang selalu menggambarkannya (Brahman) dalam segala bentuk; 5) Mundaka Upanisad, memaparkan tentang Ilmu Pengetahuan yang berasal dari Brahma, juga memaparkan tentang landasan Yadnya dan manfaatnya. Dan cara mencapai kebaikan (Brahman) dengan Raja yoga atau semedi.
KARMA PHALA
Karma phala
Istilah
karma saat ini tidak hanya sering diucapkan oleh umat Hindu tetapi juga oleh
umat lain, ini mengindikasikan bahwa ajaran Hindu memang universal dan dapat
digunakan oleh semua umat, tapi apakah sebenarnya karma, atau yang lebih
identik dengan karma phala???
Karma
phala merupakan bagian ketiga dari Panca Sradha. Berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu kata karma dan phala, karma merupakan akar kata “kri” yang artinya adalah
perbuatan, tindakan, atau kerja (Pendit, 1995: 202). Sedangkan phala diartikan
sebagai hasil, sehingga bila digabung pengertiannya menjadi karma phala adalah
segala sesuatu hasil yang diperoleh dari setiap perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, perbuatan yang baik (subha karma) ataupun perbuatan yang buruk (asubha
karma).
Thursday, October 17, 2013
DEHUMANISASI PENDIDIKAN
PENDIDIKAN SARANG DEHUMANISASI??????
Berkembangnya sekolah-sekolah dengan kategori standar internasional atau bertaraf internasional merupakan sebuah kemajuan bagi Indonesia dalam bidang pendidikan. Adanya sekolah bertaraf internasional tidak terlepas dari keinginan Indonesia untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat bersaing di kancah internasional. Untuk dapat disebut sebagai sekolah standar internasional sudah menjadi sebuah keharusan bagi sekolah untuk memenuhi segala syarat yang telah ditetapkan baik dari segi tenaga pendidik sampai sarana prasarana. Demi menunjang persyaratan tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit tentunya. Dibangunnya sekolah dan perguruan tinggi elit di Indonesia boleh jadi membanggakan karena merupakan sebuah usaha untuk menjawab tantangan dari bidang ekonomi( Buchori, 1995:54).
Sunday, June 23, 2013
GUNA DALAM BHAGAWAD GITA
Ajaran agama Hindu yang tercantum
dalam kitab Weda tersebar dalam berbagai kitab suci lainnya yang
dikodifikasikan oleh para rsi. Kitab suci lain yang disebut adalah kitab
smerti, lontar-lontar yang disesuaikan
dengan adat daerah tempat agama Hindu berkembang. Kitab suci agama Hindu memang
satu yaitu Weda, namun karena ajarannya yang sangat komplek dan detail para rsi
mengkodifikasikannya menjadi beberapa kitab untuk memudahkan umat dalam
mempelajari Weda. Salah satu kitab suci agama Hindu adalah Bhagawad Gita yang
disebut-sebut sebagai Pancama Weda atau Weda kelima setelah Catur Weda.Disebut
Weda kelima karena Bhagawad Gita merupakan rangkuman tentang keseluruhan ajaran
Weda yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna ketiga akan berperang. Dalam
Bhagawad Gita memuat hal-hal yang berkaitan dengan makrokosmos dan mikrokosmos
termasuk di dalamnnya tentang sifat-sifat dari manusia. Kelebihan manusia
terletak pada pikirannya, karena hanya manusia yang memiliki pikiran. Pikiran digunakan
untuk menentukan baik, buruk, benar, salah sehingga manusia dapat terlepas dari
reinkarnasi dan dapat menjalani hidup sesuai dengan tujuan agama Hindu, tetapi
pada nyatanya masih terdapat manusia yang belum
mampu mengendalikan semua yang ada dalam dirinya terbukti dengan
maraknya perbuatan kriminalitas, merosotnya sifat welas asih yang mebuat hidup
manusia semakin menderita. Sifat manusia tersebut tidak terlepas dari yang
namanya guna, untuk itu penulis mencoba mengulas guna dari sudut pandang Bhagawad
gita sebagai Pancama Weda.
Sunday, January 13, 2013
KEPEMIMPINAN MENURUT HINDU DALAM KEKAWIN RAMAYANA
Oleh : Ketut Supatra

Monday, May 21, 2012
Belajar Dari Dongeng
Kesadaran Untuk Kebahagiaan

Pada dasarnya setiap manusia memiliki
kebutuhan dasar yang sama, yaitu mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan adalah
kepuasan-kepuasan emosi yang timbul dalam pergaulan dengan sesama manusia,
dengan alam dan dengan sang pencipta. Beraneka cara setiap manusia mencari
kebahagiaan yang diinginkan. Ada yang bersikap sabar menunggu, ada yang
berusaha hingga melampaui batas kemampuannya bahkan ada yang berusaha mencapai
kebahagiaan dengan mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain. Para tetua
terdahulu pernah bilang, bahwa untuk mendpatkan kebahagiaan, orang tak hanya
memerlukan mimpi dan semangat namun harus memiliki “Sadar”. Sadar dalam hal ini
hal ini dpat dikaitkan dengan bagaimana setiap orang menjalankan dengan baik
kewajibannya berdasarkan haknya yang akan ia peroleh. Pernyataan ini
mengingatkan aku kepada cerita tentang seekor kura – kura yang gagal
mendapatkan kebahagiaan karena ia tak sadar akan kondisi yang ia hadapi.
Subscribe to:
Posts (Atom)